Press "Enter" to skip to content

Manajemen Waktu, atau Manajemen Budaya ?

0

Saya selalu di mendapat ‘warning’ dari supervisor saya terkait manajemen waktu yang memang semakin tak tentu. Dalam sehari saja, bisa-bisa saya harus berada pada dua hingga enam tempat sekaligus! Bukan soal urutan prioritas maupun rutinitas, efek dari Whatsapp (WA) serta budaya deadline lingkungan ini, menjadikan banyak kegiatan dadakan yang selalu saja hadir untuk menggeser kegiatan lain yang telah terencana, inilah yang sering berakibat kekecewaan berbagai pihak atas absensinya saya.

Mohon maaf yaaaa……

Apa ini tanda semakin menua?
Bila dihitung secara duniawi, 1/3 ruang dan waktu telah saya lewati yang kemungkinan tinggal menyisakan 2/3, entah sampai segitu atau tidak sama sekali – saya menyusul sahabat saya yang sudah berbeda dunia –

Emm,, Hmmmmm, Hmmmmm, Hmmmmmm (kayak lagunya mbak Nisa Sabyan)

Berbagai kewajiban yang selalu menumpuk dan selalu bertebaran, saya harus mulai pandai memilah tentang tenaga dan waktu yang selalu dikeluarkan untuk mengerjakan suatu kegiatan, tidak semua yang dibayangkan dapat direalisasikan oleh saya seorang diri, lelah letih dan lesu mulai menyelimuti langkah ini.

Saya selalu berusaha menjadikan setiap kegiatan yang dilakukan berdasarkan urutan prioritas untuk kebersamaan, bukan untuk saya maupun uang! saya jarang memikirkan uang karena hanya sibuk untuk mengerjakan ‘program komputer’ yang memang itulah bidang keahlian saya -dunia saya, yang lain ngekos aja yaa!- dan masih fokus ke dunia penelitian pendidikan.

Banyak program komputer yang selalu membantu saya untuk menyusun kegiatan saya, anda juga dapat pakai kok. Free bos! dan multi-perangkat, saya selalu susun di komputer lalu otomatis akan masuk ke HP.

Trello => untuk manajemen kegiatan
Notes / Bear => untuk menulis sesuatu
Google Keep => untuk pengingat dan checklist harian
Todoist => untuk rutinitas dan perhitungan tingkat rutinitas

Ada banyak bukan ? Tapi yaa mungkin kembali lagi ke budaya lingkungan maupun diri sendiri.
Harus mulai banyak intropeksi diri, memilah-milah kegiatan…

Tidak memilih bukan merupakan suatu pilihan, memilih TIDAK merupakan alternatif dari memilih YA. bukan ?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Read previous post:
Seni tersembunyi dalam Artificial Intelligence

Dari kemarin, ketika membuka beranda Facebook selalu tertampang gambar seperti ini. Mengingatkan saya 3 tahunan yang lalu ketika saya bersama...

Close